Èjszaka Budapest

Èjszaka Budapest

[Night in Budapest]
budapest-2
a Chelsea’s fanficition
| Romance | PG 15 | One Shot |
  Casts:
Lee Minjung as Jun Yoojin
Lee Soohyuk
Seo Kangjun (5urprise) as Edward Lee

♔ Èjszaka Budapest ♔

Fic ini didedikasikan buat Christy Unni.
Maaf ga bisa penuhi request post Yellow Cardnya buat kado ultahnya. G bikin one shot aja. Kalo posting Yellow Card, ntar kejar tayang part berikutnya sementara King’s Secret belum tamat.
Hope you like it, Unniya. Maaf buat kekurangannya dan telat. Baru dipost sekarang 😀

♔ Èjszaka Budapest ♔
Budapest, 22 Februari, 5.10 PM
Jun Yoojin menurunkan DLSRnya dan kemudian membiarkannya tergantung di bawah dadanya. Perempuan berambut cokelat bergelombang itu tersenyum puas melihat bentangan panorama di bawah Széchenyi Lánchíd, jembatan ikon kota Budapest yang dikenal sebagai Chain Bridge itu. Dia memasukan kedua tangannya ke dalam trench coat panjang yang melapisi sweater tebalnya. Dia ingin berdiam saja setelah puas memotret panorama dari jembatan yang membelah sungai Danube itu.
Sudah lama sekali perempuan berumur 30 itu ingin mengunjungi ibukota Hungaria. Kali ini dia tidak menyia-nyiakan kesempatan begitu menerima tawaran gratis dari seorang lelaki bernama Edward Lee. Kemarin Yoojin tiba di salah satu kota terbesar Uni Eropa itu bersama Edward, pemain sepakbola yang berkarir di Bundesliga, dan Lee Soohyuk, sepupu sekaligus manager Edward. Edward sedang menjalani cuti pemulihan cedera sejak final piala Asia di Australia bulan lalu. Pemain berdarah Korea-Jerman itu harus absen selama beberapa pekan.
♔ Èjszaka Budapest ♔

Suwon, Korea, sepekan lalu,
Lee Soohyuk duduk berhadapan dengan Yoojin di sebuah coffee shop di dekat danau Banwol. Lelaki berkaki panjang itu tampak rapi dengan jeans hitam, sweater biru gelap tebal yang melapisi kemejanya. Lelaki bermata cokelat terang itu mengejar Soohyuk.
Dia tersenyum tipis melihat perempuan yang sedang menyuapkan krim dari green tea latte-nya. Terakhir mereka bertemu saat Edward pulang ke Korea dan masuk training camp piala Asia di Jeju. Soohyuk sengaja menemui gadis yang berprofesi fotografer klub Edward terdahulu. Soohyuk tersenyum, menyadari kalau merasa perempuan itu masih clumsy. Dia memakai boots pendek, celana selutut, dan blus dipadu trench coat. Dilihatnya Yoojin tersenyum sambil melambai ke belakang Soohyuk. Seketika, Soohyuk merasa sebal melihat seorang pemuda tampan mendekati mereka sambil menebar senyum manisnya pada Yoojin.
“Annyeong haseyo, Noona. Maaf membuatmu lama menunggu.”
Soohyuk menyesap Espresso-nya seketika apalagi pemuda yang memakai blue jeans dan kemeja putih pas badan itu langsung duduk di samping Yoojin.
“Kenapa kalian tidak datang bersama?” tanya Yoojin.
Pemuda berpenampilan dandy itu tidak lain adalah Edward. Dia melirik Soohyuk dan menyeringai jahil.
“Apa Soohyuk hyeong tidak cerita pada Noona kalau aku harus membuatkan makan malam untuk nenek kami?”
Soohyuk tersenyum sebal mendengar kebohongan sepupunya yang memang keren dan penggoda itu.
“Ani,” jawab Yoojin. “Kau bisa memasak, Ed?”
“Sure,” jawab Edward percaya diri. “Harmeoni ingin makan sosis Westphalia yang kami bawa langsung dari Jerman.”
“Lalu kau membuat apa?” tanya Yoojin antusias.
Edward memasang muka serius sambil menopang dagu menatap Yoojin.
“Hmm, apa tidak lebih baik Noona mencobanya langsung? Aku akan memasaknya untuk Noona.”
Soohyuk tersedak mendengarnya.
Apa yang mau dilakukan sekkia itu? Dan kenapa dia harus selalu muncul bersama Yoojin noona?
Soohyuk pun memilih tidak banyak bicara. Seperti biasa, Yoojin selalu antusias dengan obrolan Edward. Atlit yang punya tinggi 183 cm itu bercerita tentang tempat-tempat menarik di Jerman. Kedua lelaki itu tahu kalau Yoojin seorang penggemar Bundesliga dan ingin berlibur ke negara panser itu. Dan rasanya Soohyuk mau muntah mendengar Edward berkata ingin mengajak Yoojin ke Jerman.
“Noona, aku ada rencana mengunjungi Budapest sebelum kembali ke Jerman. Tapi Soohyuk Hyeong tidak mau. Apa Noona mau menemaniku?”
“Mwora?” tanya Yoojin.
“Hya!” ungkap Soohyuk bersamaan.
Edward malah menyesap santai capuccino-nya dan kembali menopang dagu menatap Yoojin, mengabaikan Soohyuk.
“Bukankah Noona ingin pergi ke sana? Pergilah bersamaku, please!”
Soohyuk ingin menendang pemuda berumur 22 itu. Cara Edward memohon memang tidak menjijikan. Edward tidak mengeluarkan aegyo atau bermanja-manja. Sikapnya layaknya pria dewasa meski kesan muda yang cute masih melekat. Dan bagi Soohyuk, sepupunya itu sok dewasa.
“Aku akan pergi. Siapa bilang aku tak akan ikut ke Budapest,” ucap Soohyuk acuh membuat kedua orang di hadapannya menoleh.
“Tapi aku tidak memberikan tawaran gratis padamu, Hyeong,” ucap Edward datar.
Cih. Apa perlu kuinjak kakinya sekarang?
Soohyuk menahan geram dengan tersenyum tipis. “Kau pikir aku tak punya uang?”
Tapi kalau dia cedera lebih lama, semakin lama dia ada di Korea.
♔ Èjszaka Budapest ♔

 

Budapest, 22 Februari, 5.15 PM
Yoojin kembali membidikan DSLRnya, mengabadikan pemandangan sunset dari Chain Bridge. Dia tidak sendirian di sana, ada beberapa turis lain.
“Ani.. Michin go aniya…”
Yoojin mendengar dering ponselnya. Dia menarik mini back packnya dan mengeluarkan smartphone-nya yang menampilkan potongan video lagu 2PM itu dan naam Edward.
“Yoboseyo!” sapa Yoojin.
“Noona, kau di mana?”
Yoojin tertawa mendengar nada khawatir dari suara Edward.
“Di Chain Bridge. Apa kau akan menyusul sekalian makan malam?”
“Molla. Soohyuk Hyeong pergi dan tidak menjawab panggilan teleponku.”
“Geurae? Sudah berapa lama?” tanya Yoojin.
“Hmm sudah setengah jam. Bisakah Noona membantuku mencarinya?”
Yoojin terkekeh. “Sepupumu bukan anak kecil, Ed. Tapi kalau kau khawatir, Noona akan bantu.”
“Noona sekarang pergi ke sekitar Buda Castle. Kita bertemu di sana. Sebelum pergi, Hyeong berkata mau pergi ke sana.”
Beberapa saat kemudian, Yoojin bergegas pergi ke kastil besar dekat dari jembatan itu yang bisa ditempuh sekitar 11 menit dengan berjalan kaki. Dia mempercepat langkah kakinya yang dibalut skinny jeans dan boots itu. Belaian angin membuat gadis itu menarik syal wool-nya yang tersampir di leher untuk menutup sebagian wajahnya.
♔ Èjszaka Budapest ♔

Soohyuk berdiri di antara para turis lain di depan Buda castle. Dia tampak menghubungi seseorang melalui ponselnya tapi tak kunjung diangkat. Lelaki berkulit pucat yang memakai turtle neck sweater abu dibalut trench coat panjang itu menggerutu dalam hatinya.
Kenapa michyeo sekkia itu tidak menjawab?
“Soohyuk-ssi?”
Lee Soohyuk menoleh kea rah kanan, ke sumber suara. Dilihatnya Jun Yoojin melangkah mendekat.
“Noona, apa Edward menyuruhmu kemari?”
Yoojin mengangguk. “Dia juga kan kemari. Dia berkata ponselmu sulit dihubungi.”
Soohyuk menaikan sebelah alis. “Ye? Bocah itu yang tak kunjung menjawab panggilanku setelah mengirim pesan untuk pergi ke resto Chez Daniel.”
“Biar aku coba hubungi,” ucap Yoojin.
Yeoja itu mengeluarkan ponselnya. Dia mendapat pesan di aplikasi Dontalk yang belum dibuka.
“Oh, Edward mengirim pesan.”
“Apa yang dia katakan?” tanya Soohyuk.
“Noona, kalau sudah bertemu Hyeong, pergilah di Chez Daniel. Kita makan malam di sana. Aku tunggu kalian. Aku tak membawa ponsel,” Yoojin membacakan pesan itu.
Soohyuk tersenyum datar. Kenapa sepupunya itu begitu ribet. Dia pun pergi bersama Yoojin menggunakan mobil rentalannya. Soohyuk melajukan mobil keluaran Jerman itu cukup santai dan Yoojin tampak menikmati pemadangan sepanjang jalan Andrάssy. Perjalanan sejauh 3,4 km itu ditempuh lebih lama dari waktu normal.
Begitu tiba di restoran Perancis yang tidak terlalu besar itu, Soohyuk menanyakan reservasi atas nama Edward Lee. Seorang pelayan mengantar mereka ke salah satu meja di dekat jendela. Edward tak ada si sana. Pelayan itu memberikan sebuah amplop pada Soohyuk, pesan dari Edward. Saat Yoojin duduk, dia melihat Soohyuk terbelalak membacanya.
“Waegeurae?” tanya Yoojin curiga. “Edward di mana?”
Soohyuk tersenyum tipis. “Dia pergi clubbing bersama kenalannya,” dustanya.
“Jinja? Lalu untuk apa dia meminta kita ke sini?”
“Lebih baik kita pesan makanan dulu. Aku cukup lapar,” saran Soohyuk tanpa terlihat menghindari pertanyaan itu.

Satu jam kemudian, Soohyuk dan Yoojin berjalan di sekitar Heroes’ square. Yoojin baru saja memotret monumen Millenium yang cukup terkenal dengan 14 patungnya. Yoojin menatap kesalah satu sudut pinggir jalan yang dipadati pengunjung.
“Soohyuk-ssi, kita ke sana. Aku ingin melihat dagangan di sekitar sana.
Tanpa menunggu respon Soohyuk, Yoojin berjalan. Soohyuk tersenyum tipis membaca pesan Edward tadi. Soohyuk benar-benar mau menendangnya kalau nanti bertemu.
Hyeong, kau sudah lama suka Yoojin noona kan? Tapi kalau aku salah, aku akan mendekatinya. Ini hari ulang tahunnya. Kalau Hyeong tidak memberi apapun, aku sudah menyiapkan kejutan romantis untuknya. Sekarang tergantung Hyeong, maju atau mundur agar aku maju?
Soohyuk memberi saran pada Yoojin untuk beristirahat dulu di sebuah outdoor café dan menikmati minuman panas. Yoojin melihat-lihat hasil jepretan kameranya.
“Noona, sepertinya itu Edward,” ucap Soohyuk sambil melihat ke seberang jalan.
“Jeongmalyo?” tanya Yoojin ikut menoleh.
Tapi yang dia lihat hanyalah orang-orang yang berjalan di sekitar trotoar. Dilihatnya Soohyuk berdiri.
“Noona, tunggu sebentar. Aku akan menyeret bocah itu kemari.”
Tanpa menunggu respon Yoojin, Soohyuk segera beranjak dari sana. Yoojin menikmati hot orange tea-nya sambil memeriksa akun SNS-nya. Dia melakukan selca lalu diunggah ke akun instagram. Lalu Yoojin melihat beberapa foto selca-nya bersama Soohyuk tadi. Perempuan bermata agak bulat itu ingan pembicaraannya dengan Edward tadi pagi.

Edward datang ke kamar Yoojin belum lama setelah gadis itu mandi dan ganti pakaian. Edward masih memakai tees lengan panjang warna turquoise dan training putih yang dia pakai semalam. Rambutnya yang agak bergelombang tampak acak-acakan. Dia berkata Soohyuk sedang mandi. Yoojin memberinya secangkir teh panas dan mereka duduk di sofa dekat jendela.
“Noona, kau suka Soohyuk Hyeong, kan?” tanya Edward acuh.
Yoojin melotot. “Mworago?”
Edward tersenyum jahil. “Ah, jelas sekali terlihat di wajah Noona. Mengaku saja.”
“Maldo andwae!” umpat Yoojin sebal.
Edward malah tertawa renyah. “Kalian memang rumit. Saling suka tapi jalan di tempat.”
“Hya!” teriak Yoojin.
Edward malah menguap lalu menyandarkan tubuhnya di sofa. Dia menoleh pada Yoojin yang menatapnya datar.
“Jadi dugaanku salah, Noona?”
Yoojin mendelik lalu menatap lekat Edward. Dia mencondongkan tubuhnya, mendekati lelaki itu.
“Jangan bicara omong kosong, eoh.”
Edward tersenyum lebar. “Geureom, Noona bisa menyukaiku?”
“Mwo?” Yoojin terbelalak.
Edward memasang tampang serius.
“Kalau Noona tidak suka Soohyuk hyeong, aku akan mendekati Noona sampai aku meminta Noona untuk jadi pacarku.”
“Lee Seunghwan!” bentak Yoojin.
Edward duduk tegak dan kini dia mencondongkan kepalanya mendekati wajah Yoojin sampai perempuan itu bisa melihat jelas kulit wajah si tampan itu yang tampak seperti kebanyakan lelaki, tidak semulus porselen.
“Noona tidak punya pilihan lain selain dia dan aku. Pikirkan saja baik-baik.”
Yoojin meledakan tawanya. “Memangnya lelaki di dunia ini hanya kalian berdua. Dan ingatlah, Ed. Kau terlalu muda untuk jadi pacarku.”
Edward mengangkat kedua bahunya dan memonyongkan bibirnya. “Terserah, Noona. Aku hanya memberi peringatan. Kalau Noona dan hyeong tidak ada kemajuan, aku akan mengejar Noona.”
Yoojin mendengus. Diambilnya bantal sofa dan dipukulkannya pada Edward.
“Hya, micheoni!”
Edward malah tertawa. Mendapat serangan pukula bantal, dia pun berdiri dan berlari menuju pintu.
“Kalau Noona mau jadi pasanganku, Noona bisa tinggal bersamaku di Jerman. Aku akan memecat Hyeong kalau dia membuatmu tidak nyaman.”
“Hya!” Yoojin berteriak namun Edward segera keluar.
Yoojin menggelengkan kepalanya. Dia berpikir Edward pasti bercanda. Baik tentang Soohyuk atau ucapan lelaki itu. Sambil menunggu Soohyuk, dia menyalakan kameranya dan memotret suasana malam Budapest dari sana. Meskipun suhunya masih dingin, sekitar 60 celcius, tapi kota itu tidak sepi.
Beberapa saat kemudian, Soohyuk kembali ke meja bulat itu. Tapi Yoojin tak melihat seorang pun bersamanya.
“Di mana Edward?”
Soohyuk duduk dan meraih cangkir cappuccino-nya. “Mungkin aku salah lihat.”
“Ah,” tanggap Yoojin pelan.
Soohyuk meletakan kembali cangkir itu setelah menyesap minumannya. Dia menatap Yoojin lekat.
“Apa Noona berharap itu benar bocah itu?”
“Ye?”
Soohyuk tersenyum tipis. “Aku pikir kalian pasangan serasi.”
Yoojin tertawa terbahak-bahak. “Kau cemburu?” todongnya dengan tatapan agak centil.
“Mwo?” Soohyuk menghindari tatapan Yoojin.
“Just kidding,” ucap Yoojin enteng. “Kenapa kau tampak serius sekali.”
Soohyuk tertawa kecil. Dia berdiri dan mengajak Yoojin beranjak dari tempat itu. Soohyuk melajukan mobil menuju János hill. Lelaki itu berkata, Yoojin bisa mendapat foto-foto bagus dari tempat tertinggi kota Budapest. Di sana ada Erzsebet Lookout, menara yang bisa membuat orang melihat pemandangan hingga 80 km di hari cerah.
Yoojin sangat suka pemandangan city light dan dia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Berada di alam terbuka di bukit tertinggi kota itu seolah memberinya objek tak terhingga untuk diabadikan. Soohyuk tersenyum setiap melihat senyuman Yoojin saat puas dengan foto yang didapatnya. Dia tidak menyangka Edward akan memberinya ruang untuk berdua bersama Yoojin. Kemarin malam mereka bertiga menonton teater dan pertunjukan musik. Setiap bersama Edward, Soohyuk lebih banyak jadi pendengar. Lelaki berumur 26 itu tidak sadar kalau Yoojin memotretnya berdiri dengan background panorama malam kota Budapest. Sampai saat dia menoleh pada Yoojin.
“Kau memotretku, Noona?” tanya Soohyuk merasa canggung.
Yoojin mendekat. “Kita belum berfoto berdua. Di sini pemandangannya bagus.”
Tanpa menunggu respon Soohyuk, Yoojin meminta bantuan orang yang lewat di sana. Yoojin mengamit lengat Soohyuk dan tangannya yang lain diangkat, mengacungkan dua jari membentuk pose V.
Dari tempat itu, mereka mengunjungi beberapa tempat lain dan baru kembali ke hotel sekitar jam 10. Tapi Yoojin ingin menikmati ruszwurm cake di Ruszwurum confectionery di dekat hotel tempat mereka menginap di kawasan distrik Buda castle. Di sana ada beberapa pasangan sedang menikmati kencan setelah melakukan romantic walk di jalan Fortuna Street-Fisherman’s Bastion, jalan Tárnok Street, dan jalan Szent György yang sangat popular di kalangan turis.
Saat mereka mau berpisah di luar kamar hotel yang berdampingan, Soohyuk memanggil Yoojin.
“Noona, saengil chukhahae,” ucap Soohyuk dengan suara besar dan rendahnya.
“Ye?” Yoojin agak terkejut mendengarnya.
Dia tidak menyangka Soohyuk tahu itu hari ulang tahunnya. Dilihatnya Soohyuk mengeluarkan sebuah paperbag dari tas selempangnya dan memberikannya pada Yoojin.
“Kau menyiapkan kado untukku? Gomwao, Soohyuk-ssi,” ucap Yoojin senang sekaligus terharu.
Soohyuk tersenyum tipis, merasa canggung. “Setelah membuka itu, Noona jangan berpikir untuk melihat lelaki lain. Apalagi Edward.”
“Mwo?” tanya Yoojin terkejut, kedua matanya tampak membulat.
Soohyuk tersenyum kecil dan menatap lekat perempuan yang sudah lama disukainya itu. Dia melangkah mendekati Yoojin, menaruh tangan kanannya di bahu yeoja itu lalu mencium bibirnya. Yoojin melotot seketika dan jantungnya berdegup keras.
“Good night,” ucap Soohyuk begitu menegakan badannya.
Yoojin mematung. Dia masih merasa terkejut dan melihat Soohyuk masuk ke kamarnya. Saat Yoojin masuk ke kamar, dia tidak sabar membuka kado. Dia mendapati matryoshka merah, boneka khas Rusia yang dapat diisi dengan bentuk boneka-boneka yang lebih kecil. Yoojin teringat matryoshka yang diberikan Jang Hyuk pada Lee Dahae di drama Iris 2. Yoojin membuka tutupnya dengan mengangkat kepala boneka itu. Di dalamnya ada boneka lain. Begitu juga saat dia mengangkat kepala boneka itu. Ada sekitar enam benda yang sama dengan ukuran yang lebih kecil. Yoojin kini melihat boneka terkecil yang berkalungkan sebuah cincin. Perempuan itu tersenyum bahagia.
Sebelum Edward pindah ke Bundesliga tahun lalu, dia memang dekat dengan Soohyuk. Tapi lelaki itu membuatnya panas dingin. Kadang tampak suka, tapi kadang acuh. Yoojin mengingat kata-kata Soohyuk tadi yang memintanya untuk tidak melihat lelaki lain.

matryoshka
♔ Èjszaka Budapest ♔

Suwon, 26 Februari, 01.00 pm
Yoojin bersama beberapa temannya memasuki sebuah restoran galbi sederhana namun cukup terkenal di kota itu. Dengan udara yang masih dingin, menikmati daging iga panggang khas Suwon menjadi pilihan tepat. Aroma daging menguar melalui asap yang mengepul di atas wajan pemanggangan membuat nafsu makan mereka meningkat. Yoojin tak lupa mengambil selca dan mengunggahnya di instagram.
Tak lama kemudian, dia mendengar nada notifikasi. Yoojin menggeser layar ponsel, membuka lock screen. Dia mendapat beberapa notifikasi instagram. Beberapa like, satu komentar, dan satu tag foto. Yoojin membuka foto selca-nya tadi yang dikomentari Edward.
Noona, kau membuatku homesick saja.
Lalu Yoojin membuka foto tag yang juga dikirim Edward. Lelaki itu tampak sedang sarapan di restoran pinggir sungai bersama Soohyuk. Soohyuk tampak melihat ponselnya. Edward menulis dengan huruf Hangeul.
#breakfast #wurst sepupuku sedang melihat foto kekasihnya.
Edward juga mengirim pesan di Dontalk.
Noona, Soohyuk Hyeong langsung melihat akun instagrammu setelah aku bilang Noona sedang makan galbi bersama seorang lelaki tampan. Dan dia memukul kepalaku setelah tahu sudah kutipu.
Yoojin tertawa. Dia memberi komentar di foto Edward tadi dan menyebut akun Soohyuk, @lxxsxxhkkk.
Have a nice breakfast @lxxsxxhkkk
Beberapa saat kemudian, Yoojin menerima balasan dari Soohyuk.
Akan lebih baik kalau aku berdua bersama @EugeneJun_ daripada bocah gila ini.
Yoojin tertawa renyah padahal dia sedang mengunyah galbi.
“Waegeurae?” tanya seorang teman Yoojin

Keesokan harinya setelah Soohyuk memberikan cincin yang saat ini dipakai Yoojin, mereka berdua menghabiskan hari terakhir di Budapest berdua, tanpa Edward yang pulang lebih dulu ke Jerman siang harinya. Soohyuk ingin mengantar Yoojin kembali ke Korea dan Edward sudah memesankan tiket penerbangan malam untuk mereka berdua. Lelaki itu benar-benar merencanakan semuanya untuk Yooji jauh hari. Dia berkata pada Yoojin kalau itu hadiah ulang tahunnya. Yoojin memarahi Edward yang bersikap boros. Tapi Edward berkilah kalau dirinya seorang bintang muda sepakbola Korea dengan pendapatan lebih besar dari pada member sebuah boyband K-pop. Yoojin dan Soohyuk berencana kembali bertemu musim panas nanti. Soohyuk mengirimnya tiket ke Jerman dan berencana menikmati kencan musim panas di negara itu sebelum pulang ke Korea saat Edward menjalani libur akhir musim liga.
♔ Èjszaka Budapest ♔

 

Leave a comment